Kebatilan Pasti Akan Hancur
وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا
dan Katakanlah: “Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap”. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap. (QS.al-Isra’ :81)
Sudah menjadi kenyataan umat pada zaman ini Penuh dengan keterbelakangan, kekalahan dan ketergantungan. Semua itu merupakan salah satu bukti terbesar dan paling kuat atas kebenaran agama Islam, selamatnya dari penyelewengan, kesempurnaannya serta keindahannya. Maka bersyukurlah kepada Allah bagi orang yang selalu diberi hidayah dan petunjuk kedalam jalan yang benar, dan berdoa agar orang agar diberi hidayah kejalan yang lurus.
Sungguh sudah menjadi kewajiban bagi seseorang untuk mengetahui hak Allah Subhanahu wata’ala atas hambanya, mengetahui untuk apa Allah mencitakan kita. Tak lain hanyalah untuk beribadah kepadanya semata, tanpa menyekutukannya. Sebagaimana yang disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallamdalam haditsnya :
حَق الله على العباد أن يعبدوه ولا يشركوا به شيئا
Hak Allah yang harus dipenuhi hambanya yaitu agar beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukannya dengan sesuatupun.[1]
Syaikh Abdul Aziz bin Baz mengambil faedah dari hadits diatas dengan perkataannya “Wajib bagi seorang muslim meninggalkan setiap kebid’ahan, kesesatan , dan setiap tata cara yang menyelisihi syari’at Allah, dan wajib bagi semua manusia untuk berjalan diatas tuntunan nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallamdimasa hidupnya, kemudian mengikuti para sahabatnya setelah kematiannya, para khulafaur rasyidin, dan mengikuti ulama’ salafus shalih, diatas jalan yang lurus”[2]. Maka barangsiapa yang membela kebathilan maka dia adalah musuh Allah Subhanahu wata’ala. [3]Dan orang yang berhak mendapatkan sifat sebagai musuh Allah adalah 3 golongan dari Qodariyah.[4]
Timbullah pertanyaan apa makna kebatilan tersebut?!. Dijawab oleh Ibnul Qayyim Rahimahullah. Kebatilan adalah kebalikan dari kebenaran yang pada asalnya tidak ada, dan keberadaanya lebih banyak bahayanya daripada manfaatnya. Dan kebathilan itu mungkin sesuatu yang tidak ada wujudnya atau Wujudnya ada akan tetapi tidak ada manfaatnya.[5]
Kemudian beliau bercerita kisah dialog seorang laki-laki dengan sahabat Ibn Abbas Radhiallahu ‘anhuma : “Bagaimana pendapat engkau apakah musik itu halal atau haram?”, dijawab oleh sahabat ibn Abbas “Tidaklah aku menghukumi haram kecuali aku mendapati hukumnya dalam al-Qur’an” Lantas beliau bertanya kepada lelaki tersebut “Apakah engkau menghalalkannya?” dijawab “Tidaklah aku berkata begitu!” Kemudian sahabat Ibn Abbas berkata kepadanya : “Apakah engkau mengetahui kebenaran dan kebathilan apabila datang hari kiamat maka bersama siapa musik itu berada?” Maka dijawab oleh lelaki tersebut ”Bersama orang-orang yang bathil atau sesat“
قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الإنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْآنِ لاَ يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا
Katakanlah: “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Dia, Sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain”.
Diantara sebab-sebab kehancuran umat ini adalah :
Pertama : Kedzoliman yang dilakukan seorang hamba. Adapun penyebabnya adalah kejahilan yang ada pada diri mereka maupun dari hawa nafsu mereka yang telah memenuhi otak pemikiran mereka, sehingga timbullah kedzoliman pada diri manusia yang menyebabkan kehancuran.
Dan kedzoliman ini terbagi menjadi tiga macam :
1- Kedzoliman manusia terhadap Rabb-Nya
2- Kedzoliman manusia terhadap dirinya sendiri
3- Kedzoliman manusia terhadap manusia lainnya
Adapun bentuk kedzoliman manusia terhadap Rabb-Nya adalah kekufuran mereka dalam bentuk kesyirikan, menyekutukan Allah dalam beribadah, ingatlah firman Allah ta’ala :
إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.( QS al-Luqman : 13 )
Selanjutnya kedzoliman manusia terhadap dirinya sendiri, sebagaiman firman Allah ta’ala :
فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ
lalu di antara mereka ada yang Menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan ( Qs al-Fathir : 32 )
Dan kedzoliman seorang hamba terhadap dirinya sendiri, sebagaiman sabda nabi :
اتَّقُوا الظُّلْمَ فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Takutlah kalian terhadap kezaliman karena kezaliman itu merupakan kegelapan dihari kiamat.”[6]
Adapun Bentuk-bentuk kezaliman ini ada tiga, sebagaimana yang Allah peringatkan kepada manusia dan mengabarkan kepada mereka bahwa ketiganya adalah penyebab penyebab kehancuranan dalam firman-Nya :
وَلَقَدْ أَهْلَكْنَا الْقُرُونَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَمَّا ظَلَمُوا وَجَاءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ وَمَا كَانُوا لِيُؤْمِنُوا كَذَلِكَ نَجْزِي الْقَوْمَ الْمُجْرِمِينَ (13)
dan Sesungguhnya Kami telah membinasakan umat-umat sebelum kamu, ketika mereka berbuat kezaliman, Padahal Rasul-rasul mereka telah datang kepada mereka dengan membawa keterangan-keterangan yang nyata, tetapi mereka sekali-kali tidak hendak beriman. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat dosa. ( QS Yunus : 13 )
Kemudian Allah mengabarkan kepada kita bahwa mereka dihancurkan karena kedzoliman mereka dalam ayat selanjutnya :
ثُمَّ جَعَلْنَاكُمْ خَلائِفَ فِي الأَرْضِ مِنْ بَعْدِهِمْ لِنَنْظُرَ كَيْفَ تَعْمَلُونَ
kemudian Kami jadikan kamu pengganti-pengganti (mereka) di muka bumi sesudah mereka, supaya Kami memperhatikan bagaimana kamu berbuat. ( QS Yunus : 14 )
Maka barang siapa yang berbuat kedzoliman pasti akan mengalami seperti mereka.
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِرُسُلِهِمْ لَنُخْرِجَنَّكُمْ مِنْ أَرْضِنَا أَوْ لَتَعُودُنَّ فِي مِلَّتِنَا فَأَوْحَى إِلَيْهِمْ رَبُّهُمْ لَنُهْلِكَنَّ الظَّالِمِينَ (13)
Orang-orang kafir berkata kepada Rasul-rasul mereka: “Kami sungguh-sungguh akan mengusir kamu dari negeri Kami atau kamu kembali kepada agama kami”. Maka Tuhan mewahyukan kepada mereka: “Kami pasti akan membinasakan orang- orang yang zalim itu, ( QS Ibrahim : 13 )
Alangkah baiknya manusia ini mengambil faedah dari umat-umat sebelum mereka yang dihancurkan Allah Ta’ala, sebagaiman yang dikisahkan dalam al-Qur’an :
وَتِلْكَ الْقُرَى أَهْلَكْنَاهُمْ لَمَّا ظَلَمُوا وَجَعَلْنَا لِمَهْلِكِهِمْ مَوْعِدًا (59)
dan (penduduk) negeri telah Kami binasakan ketika mereka berbuat zalim, dan telah Kami tetapkan waktu tertentu bagi kebinasaan mereka. ( QS al-Kahfi 59 )
فَكَأَيِّنْ مِنْ قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَاهَا وَهِيَ ظَالِمَةٌ فَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَى عُرُوشِهَا وَبِئْرٍ مُعَطَّلَةٍ وَقَصْرٍ مَشِيدٍ (45)
Berapalah banyaknya kota yang Kami telah membinasakannya, yang penduduknya dalam Keadaan zalim, Maka (tembok-tembok) kota itu roboh menutupi atap-atapnya dan (berapa banyak pula) sumur yang telah ditinggalkan dan istana yang tinggi, ( QS al-Haj : 45 )
Sumur-sumur mereka menjadi kering, istana-istana mereka hancur, dan tidak ada sesuatupun di dalam istana-istana mereka dan tidak ada yang dapat diminum dari sumur-sumur mereka. Sebagaiman pula kisah tentang kaum Ad :
فَتِلْكَ بُيُوتُهُمْ خَاوِيَةً بِمَا ظَلَمُوا
Maka Itulah rumah-rumah mereka dalam Keadaan runtuh disebabkan kezaliman mereka. ( QS an-Naml : 52 )
Begitu juga dengan kisah kaum Nabi Nuh‘alaihissalam
وَقَوْمَ نُوحٍ مِنْ قَبْلُ إِنَّهُمْ كَانُوا هُمْ أَظْلَمَ وَأَطْغَى (52)
dan kaum Nuh sebelum itu. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang paling zalim dan paling durhaka, ( QS an-Najm : 52 )
Kedua : Sifat berlebih-lebihan, yang mengamalkan agamanya tidak pada jalan yang benar sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammmad Shallallahu ‘alaihi Wasallam amalan yang Nampak maupun yang tidak Nampak ( amalan hati ).
Sesungguhnya umat islam ini yang menyebut dirinya sebagai seorang muslim, yang pada waktu itu dia tidak menerapkan ajaran islam secara benar
عن ابن مسعود قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ” هلك المتنطعون ” . قالها ثلاثا
Dari Hadits Ibn Masud berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda : “ Binasalah orang-orang yang keterlaluan dan berlebihlebihan. ” Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam menyabdakan ini sampai tiga kali banyaknya.”[7]
Hadits diatas telah jelas kepada kita bahwa sifat berlebih-lebihan merupakan sebab kehancuran, karena semua itu terjadi karena kebathilan, jauh dari kebenaran. Dengan ini wajib bagi seorang hamba untuk berjalan diatas jalan tengah diantara dua jalan yang menjadi penghalang agama ( Jalan yang berlebih-lebihan dan Jalan yang terlalu bermudah-mudahan ), sebagimana ummat Nabi Muhammad ini adalah Umat Yang menengah.[8]
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan ( yang menengah ) agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. ( QS al-Baqarah : 143 )
Ketiga : Banyak bertanya dan Menyelisihi Perintah Nabi
Ambillah pelajaran dari yang dilakukan Kaum Nabi Musa ‘alaihi wasallamketika mereka diminta untuk menyembelih sapi. Mereka malah bertanya apa warnanya, gimana bentuknya. Dll. Inilah yang menjadi sebab kehancuran kebathilan.[9]Maka hendaklah bagi manusia untuk bertanya sesuatu yang dibutuhkan, tidaklah berlebih-lebihan dalam bertanya.
ما نهيتكم عنه فاجتنبوه وما أمرتكم به فأتوا منه ما استطعتم , فإنما أهلك الذين من قبلكم كثرة مسائلم واختلافهم على أنبيائهم
Apa yang telah aku larang untuk kalian maka jauhilah dan apa yang akau perintahkan kepada kalian maka lakukanlah semampu kalian, maka ketahuilah sesungguhnya sebab kehancuran kaum sebelum kalian adalah banyak bertanya dan menyelisi para Nabi mereka[10]
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin Mengambil faedah dari hadits diatas. Bahwa kehancuran Ummat sebelum Nabi Muhammad adalah banyak bertanya yang tidak ada faedahnya dan perbuatan mereka yang selalu menyelisihi perintah para Nabinya.[11]
Kiat Agar Terhindar Dari Kehancuran
A- Menuntut Ilmu
Seorang Ulama’ Mengatakan : Ajarkan Ilmu yang engkau miliki, dan ambil ilmu dari yang lainnya.[12]dengan tujuan menjauhkan manusia dari kejahilan, kebodohan yang telah meliputi mereka.
Sangat disesalkan manusia yang berfatwa tanpa ilmu, membantah dan mendebat orang laen, serta membuat kepalsuan dan kebohongan agar dirinya disebut orang yang alim dan pintar. Telah banyak penyebab yang menjadikan manusia ini berdebat dengan kebatilan, membuat persaksian palsu. Diantaranya adalah :
1. Sifat sombong, angkuh, dan berlebih-lebihan2. Merasa memiliki ilmu dan keutaman3. Merendahkan orang lain dengan membabarkan kekurangannya dengan tujuan memojokkan dia, menyakiti perasaannya.
Maka jauhilah hal-hal tersebut agar terhindar dari kehancuran, adapun obat dari semua itu adalah dengan bertaubat kepada Allah ta’ala, dengan menghilangkan sifat kesombongan yang tercela tersebut dan menunjukkan sifat yang mulia, penuh kasih saying, serta menghialngkan sifat kebencian yang tercela tersebut terhadap orang laen dengan menghargai orang lain atas kekurangannya.[13]
Allah Subhanahu Wata’ala telah menjanjikan lewat Rasulnya Shallallahu ‘alaihi Wasallam dengan sebuah rumah disurga kelak bagi orang yang meninggalkan perdebatan dengan kebatilannya, yang dia meninggalkannya karena ingin mendapat keridzoan Allah ta’ala.
من سلك طريقا يلتمس فيه علما سهل الله له طريقا إلى الجنة
Barangsiapa yang menempuh perjalanan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan beri dia kemudahan jalan menuju kesurga kelak nanti.[14]
B- Pilihlah teman yang baik dan jauhi teman yang buruk perangainya.
مَثَلُ الْجَلِيْسِ الصَّالِحِ وَالسُّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَناَفِخِ الْكِيْرِ
“Perumpamaan teman yang baik dan jelek adalah seperti berteman dengan penjual minyak wangi dan tukang pandai besi.”[15]
C- Ikuti perintah Allah ta’ala dan rasulnya
إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (51)
Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. “Kami mendengar, dan Kami patuh”. dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung. (an-Nur : 51 )
D- Jauhkanlah sifat Permusuhan dan konflik orang lain
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُعْجِبُكَ قَوْلُهُ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللَّهَ عَلَى مَا فِي قَلْبِهِ وَهُوَ أَلَدُّ الْخِصَامِ * وَإِذَا تَوَلَّى سَعَى فِي الْأَرْضِ لِيُفْسِدَ فِيهَا وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الْفَسَادَ
dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, Padahal ia adalah penantang yang paling keras. dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk Mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan ( al-Baqarah : 204-205 )
E- Berakhlak Mulia dan Memiliki Sifat Malu
Cara Ini diambi dari keumuman Hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam yang menunjukkan perangai yang baik serta memiliki sifat malu adalah sebab manusia masuk kesurga dan selamat dari api neraka.[16]
فَإِنَّ الْحَيَاءَ مِنْ الْإِيمَانِ
Maka ketahuilah sesungguhnya Malu adalah sebagian dari iman[17]
Imam abu Hatim berkata dalm kitabnya ” Allah akan memberikan balasan berupa keberkahan yang sangat agung bagi orang yang malu terhadap Allah dengan dijauhkannya dia dari api neraka, dengan senantiasa malu ketika melanggar apa yang dilarang Allah “[18]
Fudzail bin ‘Iyadh berkata pula ” Lima dari tanda-tanda menyedihkan: Kekejaman di dalam hati, kekakuan mata, dan kurangnya kerendahan hati ( Kurang memiliki rasa malu ), dan berkeinginan lebih dalam urusan dunia, dan selalu Harapan serta berangan-angan yang berlebihan”[19]
Alangkah indahnya kita tutup tulisan ini dengan nasehat yang disampaikan oleh syeikh Abdul Aziz bin Bazz Rahimahullah“Maka wajib bagi engkau wahai kaum muslimin agar bertakwa kepada Allah dimanapun kalian berada, dan berhati-hatilah dengan hal-hal yang menjadi sebab kehancuran. Jagalah diri baik-baik keluarga kalian, anak-anak kalian agar terhindar dari hal tersebut, dan berpegang teguhlah dalam kebenaran dimanapun kalian berada, begitu sebaliknya tinggalkan kebatilan-kebatilan yang akan merusak diri kalian. Janganlah kalian takut selama berada dalam kebenaran, bawalah selalu senjata kalian, dan berjihadlah, besungguh-sungguhlah ( dalam mengingkari kemungkaran dan mengajak kepada kebaikan ). Tanamkanlah pada diri kalian sifat sabar dalam menegakkan kebenaran”[20]
Dan Segala puji bagi Allah, Yang dengan karunia-Nya telah membuat kita ucapkan kata syukur padanya, dan kami meminta Allah untuk menjaga kita dari sifat-sifat berlebih-lebihan dan menentang, dan tidak menjadikan kami dari golongan yang telah dibinasakan dan dihancurkan oleh Allah.
Referensi kitab:
[1] Bukhori bab al-Jihad was Sair no 2701, Shohih Muslim bab al-Iman no 30, Sunan tirmidzi bab al-Iman no 2634, Sunan Ibn Majah bab az-Zuhd no 4296, Musnad Ahmad bin Hanbal juz 5 no 238
[2] Fatawa ibn Baz juz 3 hal 132
[3] Maktabah Syaikh Abdurrahman as-Sa’di juz 3 hal 12
[4] Syaikul Islam Ibn Taimyyah membagi Orang-orang Qodariyah menjadi 3 golongan dengan perkataan beliau :” Golongan yang mengingkari taqdir terbagi menjadi 3 bagian : Majusiyah, Musyrikuyah, dan Iblisiyah.
Pertama : Orang majusyi adalah golongan yang mendustakan taqdir Allah ta’ala walaupun mereka mengimani perintah-perintahnya dan larangan-larangannya, pemimpin mereka mengingkari adanya ilmu dan penulisan, dan yang lainnya mengingkari keumuman kehendak Allah, penciptaanya, kemampuannya. Mereka adalah orang mu’tazilah dan siapa saja yang seperti mereka.
Kedua : Orang-orang Musyrik yang mereka mengimani adanya taqdir dan qadar, tapi mereka mngingkari adanya perintah dan larangan, sebagaiman firman Allah ta’ala
سَيَقُولُ الَّذِينَ أَشْرَكُوا لَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا أَشْرَكْنَا وَلَا آبَاؤُنَا وَلَا حَرَّمْنَا مِنْ شَيْءٍ
orang-orang yang mempersekutukan Tuhan, akan mengatakan: “Jika Allah menghendaki, niscaya Kami dan bapak-bapak Kami tidak mempersekutukan-Nya dan tidak (pula) Kami mengharamkan barang sesuatu apapun.” (al-An’am 148) dan barangsiapa yang berhujjah tidak adanya perintah maupun larangan dengan adanya taqdir maka dia seperti orang-orang musyrik, hal ini sudah banyak dengan mengaku kebenarannya dari orang-orang sufi.
Ketiga : Para Iblis yang mereka menetapkan adanya perintah dan larangan, akan tetapi mereka menjadikan hal ini untuk menyelisihi rob-Nya, dan mereka menetang bijaksana dan adilnya Allah ta’ala. ( Tadmuriyah hal 207-208 )
[5] Ighotsatul laghfan juz 1 hal 243 karya Ibnul Qayyim al-Juaziyah cet ke 2 tahun 1395 H dar ma’rifah Bairut
[6] HR Muslim no 6741
[7] HR Muslim no 2670, dishohihkan oleh al-Albany dalam kitab Musykatul Mashobih no 4785 juz 3 hal 37 Karya Muhammad bin Abdullah al-Khatib Tahqiq al-Albany
[8] Kitab Majmu’ Fatawa wa Rasail Ibn UtsaiminKarya Syaikh Shalih bin Muhammad al-Utsaimin Juz 9 hal 304, Lihat pula dalam kitab al-Qoulul Mufid ala Kitabit Tauhid Karya Syaikh Shalih bin Muhammad al-Utsaimin Juz 1 Hal 378 cet ke-2 Dar Ibn Jauzy
[9] Diringkas dari kitab Syarh Riyadhus SalihinKarya Syaikh Shalih bin Muhammad al-Utsaimin Juz 1 hal 1467
[10] Diriwayatkan oleh Abu Hurairah dalam shohih Bukhari dan Muslim
[11] Diambil dari kitab al-Arbauna Haditsan bi ta’liqat syaikh ibn Utsaimin Juz 1 hal 17
[12] Kitab Adabud Dunya wad Din juz 1 hal 92 Maktabah Syamilah
[13] Diringkas dari kitab Afatul lisan Fi dhouil Kitabi was Sunnah juz 4 hal 4Karya Said bin Ali bin Wahb al-Qahtani
[14] Sunan Tirmidzi 2674 Dishohihkan oleh al-Albani dalam kitab Shohih wa Dzoif Sunan at-TirmidziJuz 6 hal 146
[15] HR. Al-Bukhari dan Muslim no. 2628 dari sahabat Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu
[16] Lihat penjelasan lebih lanjut dalam kitabAlhaya’ufi Hayatil Muslim Juz 1 hal 74Karya Abdurrahman Jarullah
[17] HR Bukhari Bab al-Haya’u minal Iman Juz 1 Hal 28
[18] Lihat pada kitab Raudhatul uqola’ Juz 1 hal 58 Karya Imam Abu Hatim
[19] Lihat dalam kitab Madarijus Salikin Juz 2 hal 260 Karya Ibnul Qayyim
[20] Dikutip dari kitab Durus lis Syaikh al-Albani Karya Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani Juz 19 hal 4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar