Sabtu, 12 Oktober 2019

Kumpulan ilmu dan pengetahuan penting

Bacaan Ayat Ayat Ruqyah Berserta Doa Ruqyah Dan Ruqyah Syariyyah

Ruqyah ialah bentuk mufrad/tunggal yang bentuk jamaknya Merupakan ruqa, ruqyat dan ruqoyat. Menurut bahasa ruqyah artinya at-ta’widz atau al isti'adzah (memohon perlindungan). Sedangkan secara istilah ruqyah ialah :

أَنْ يُسْتَعَانَ لِلْحُصُولِ عَلَى أَمْرٍ بِقُوًى تَفُوقُ القُوَى الطَّبِيعَةَ فِى زَعْمِهِمْ وَوَهْمِهِمْ

Diminta pertolongan semoga tercapainya suatu urusan dengan kekuatan yang melebihi kekuatan biasa dalam keyakinan dan sangka mereka. Almunjid : 276

Dengan demikian, ruqyah sanggup berarti berlindung kepada Yang Mahakuasa dari hal jelek yang sedang atau akan terjadi termasuk doa meminta kesembuhan dari suatu penyakit. Ruqyah sanggup juga berarti jampi-jampi, mantera-mantera yang diucapkan untuk maksud di atas.


Ruqyah dalam  memohon pelindungan atau doa kesembuhan kepada Yang Mahakuasa swt. sanggup dilakukan, diantaranya :

Ruqyah Untuk  yang Belum Terjadi - Rasulullah Saw. meruqyah kedua cucu ia Hasan dan Husen.


Ruqyah apabila singgah di sebuah rumah


Disengat kalajengking kemudian tidak sanggup tidur semalaman


Pada malam hari  membaca dua ayat terakhir dari surat albaqarah.


Mendatangi suatu kawasan yang belum dikenali


Ruqyah dengan Alfatihah.


Ruqyah dengan surat- surat Almuawwidzat dan Doa-doa


Ruqyah dengan doa :

Doa Ruqyah

بِسْمِ اللهِ أَرْقِيكَ، وَاللهُ يَشْفِيكَ مِنْ كُلِّ دَاءٍ فِيكَ ، أَذْهِبِ البَأْسِ رَبَّ النَّاسِ إِشْفِ أَنْتَ الشَّافِي لاَ شَافِيَ إِلاَّ أَنْتَ رواه أحمد 44: 404 رقم 26821 والنسائي 3 :253 رقم 10860 وابن حبان 7 :632 رقم 6063

9.Ruqyah dengan doa 

بِاسْمِ اللهِ ثَلاثًا وَقُلْ سَبْعَ مَرَّاتٍ أَعُوذُ بِاللهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ رواه مسلم 2 :356 رقم 2202 والترمذي 4 :356 رقم 2080 وابن ماجه 4 :253 والنسائي  6 :349 رقم 10839


10. Ruryah Jibril untuk Nabi saw.

11.  Berobat mengupayakan kesembuhan itu ibadah.

Dari hadis-hadis perihal rukyah Nabi dan para sahabatnya jelaslah bahwa ayat-ayat yang dibaca oleh Rasulullah saw. yakni ayat-ayat yang isinya memohon proteksi kepada Yang Mahakuasa dan hanya Allahlah kawasan bergantung. Pada Alfatihah setelah memuji Allah, terdapat kata-kata iyyaka nastain demikian pula pada surat al-ihkhlas terdapat kata-kata Allahush shamad, dan pada surat Alfalaq serta Annas lebih terang lagi semenjak ayat pertama hingga terakhir. Oleh lantaran itu membaca ayat-ayat ini dalam melaksanakan ruqyah tiada lain kecuali doa atau memohon kesembuhan atau proteksi kepada Allah, bukan ayat-ayat itu sendiri yang mempunyai kekuatan menyembuhkan penyakit yang sedang diderita. Hal menyerupai ini lebih terang sanggup kita lihat pada sabda Rasulullah saw. sebagai berikut:

لاَ بَأْسَ بِالرُّقَي مَالَمْ يَكُنْ فِيهِ شِرْكٌ رواه مسلم

Tidak mengapa melaksanakan ruqyah selama padanya tidak terdapat syirik. H.r.Muslim, Shahih Muslim, II:358, No. 2200

Oleh lantaran itu sebagaimana doa-doa dan permohonan proteksi lainnya, diijabah atau tidaknya ruqyah seseorang akan sangat bergantung pula kepada keikhlasan dan kesalehan raqi (yang melaksanakan ruqyah) dan yang diruqyahnya. lantaran ruqyah yang bertauhidullah merupakan pengejawantahan dari perilaku sabar dan tawakal. Termasuk mengartikan ijabah pada kemestiannya.

RUQYAH SYAR'IYYAH


Jika anda sedang mendapat banyak masalah, problem yang menciptakan anda stess janganlah panik. Anda harus melaksanakan relaksasi dengan mendengarkan lantunan ayat suci Al-Qur'an semoga anda mendapat ketentraman juga obat bagi hati yang sakit.

Sebab Yang Mahakuasa Ta’ala berfirman :

“Hai manusia! Telah tiba hikmah dari Tuhanmu sekaligus sebagai obat bagi hati yang sakit, petunjuk serta rahmat bagi yang beriman.” (QS.Yuunus:57)


Dengan mendengarkan lantunan ayat suci Al-Qur'an Insya Yang Mahakuasa anda akan mendapat semacam pencerahan hingga segala problem anda akan teratasi dan akan terjadi reaksi penyembuhan kalau fisik atau psikis anda terkena semacam penyakit. Dengarkanlah dengan baik Insya Yang Mahakuasa anda akan mendapat pahala dan bacaan ayat-ayat ruqyah dari Al-Qur’an dan Sunnah akan menciptakan hati anda tenang

Sebab, Yang Mahakuasa Ta’ala berfirman :

“Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram.” (QS.Ar Ra’d:28)


Allah Ta’ala berfirman :

“Hai manusia! Telah tiba hikmah dari Tuhanmu sekaligus sebagai obat bagi hati yang sakit, petunjuk serta rahmat bagi yang beriman.” (QS.Yuunus:57)

“....Katakanlah Muhammad,”Bagi segenap orang-orang yang beriman Al-Qur’an menjadi petunjuk dan juga obat.”(QS.Fushshilat:44).

AYAT AYAT RUKYAH





Surat Al Fatihahayat (1-7)


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ

صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ


Surat Al Baqarah ayat 1-5


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

الم

ذَلِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ

الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ

 أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

 وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ 


 Surat Al Baqarah ayat 102


 وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلا تَكْفُرْ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ وَمَا هُمْ بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلا بِإِذْنِ اللَّهِ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلا يَنْفَعُهُمْ وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنْ خَلاقٍ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ

Waattaba'uu maa tatluusy-syayaathiinu 'ala mulki sulaimaana wamaa kafara sulaimaanu walakinnasy-syayaathiina kafaruu yu'allimuunan-naasassihra wamaa unzila 'alal malakaini bibaabila haaruuta wamaaruuta wamaa yu'allimaani min ahadin hatta yaquulaa innamaa nahnu fitnatun falaa takfur fayata'allamuuna minhumaa maa yufarriquuna bihi bainal mar-i wazaujihi wamaa hum bidhaarriina bihi min ahadin ilaa biidznillahi wayata'allamuuna maa yadhurruhum walaa yanfa'uhum walaqad 'alimuu lamaniisytaraahu maa lahu fii-aakhirati min khalaaqin walabi-asa maa syarau bihi anfusahum lau kaanuu ya'lamuun(a)

"Dan mereka mengikuti, apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan, pada masa kerajaan Sulaiman, (dan mereka mengatakan, bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia, dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil, yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun, sebelum mengatakan: 'Sesungguhnya, kami hanya cobaan (bagimu), alasannya itu janganlah kau kafir'. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu, apa yang dengan sihir itu, mereka sanggup menceraikan antara seorang (suami), dengan istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat, dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan ijin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepadanya, dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah menyakini (sebelumnya), bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya laba di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka, menjual dirinya sendiri, dengan sihir, kalau mereka mengetahui." – (QS.2:102)


 Surat Al Baqarah ayat 163-164


* وَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ

نَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الأرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ


Wailahukum ilahun waahidun laa ilaha ilaa huwar-rahmanur-rahiim(u)*

Inna fii khalqis-samaawaati wal ardhi waakhtilaafillaili wannahaari wal fulkillatii tajrii fiil bahri bimaa yanfa'unnaasa wamaa anzalallahu minassamaa-i min maa-in faahyaa bihil ardha ba'da mautihaa wabats-tsa fiihaa min kulli daabbatin watashrii-firriyaahi wassahaabil musakh-khari bainassamaa-i wal ardhi li-aayaatin liqaumin ya'qiluun(a)


 "Dan Ilah kau yakni Ilah Yang Maha Esa; Tidak ada Ilah, melainkan Dia, Yang Maha Pemurah, lagi Maha Penyayang." – (QS.2:163)

 "Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, perahu yang berlayar di laut, membawa apa yang mempunyai kegunaan bagi manusia, dan apa yang Yang Mahakuasa turunkan dari langit berupa air, kemudian dengan air itu, Dia hidupkan bumi, setelah mati (kering)-nya, dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) gejala (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan." – (QS.2:164)


  Surat Al Baqarah Ayat 255


 اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَلا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ


Allahu laa ilaha ilaa huwal hai-yul qai-yuumu laa ta'khudzuhu sinatun walaa naumun lahu maa fiis-samaawaati wamaa fiil ardhi man dzaal-ladzii yasyfa'u 'indahu ilaa biidznihi ya'lamu maa baina aidiihim wamaa khalfahum walaa yuhiithuuna bisyai-in min 'ilmihi ilaa bimaa syaa-a wasi'a kursii-yuhus-samaawaati wal ardha walaa ya-uuduhu hifzhuhumaa wahuwal 'alii-yul 'azhiim(u)


"Allah, tidak ada Ilah, melainkan Dia, Yang Hidup kekal, lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya, apa yang di langit dan di bumi. Siapakah yang sanggup memberi syafaat di sisi Yang Mahakuasa tanpa ijin-Nya?. Yang Mahakuasa mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah, melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Yang Mahakuasa mencakup langit dan bumi. Dan Yang Mahakuasa tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Yang Mahakuasa Maha Tinggi, lagi Maha Besar." – (QS.2:255)


  Surat Al Baqarah Ayat 285-286


 آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ


لا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلا تُحَمِّلْنَا مَا لا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ


  Surat Ali Imran Ayat 18-19


شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ وَالْمَلائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الإسْلامُ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَاب



Manusia merupakan mahluk Yang Mahakuasa swt. yang mempunyai dorongan untuk hidup sehat, terbebas dari keluhan, dan terhindar dari mara bahaya. Demikian pula selalu berkeinginan hidup bahagia dan serba mudah.


Pada masa jahiliyah telah dikenal istilah rukyah, yaitu salah satu upaya atau cara yang ditempuh menurut aqidah mereka untuk menyembuhkan yang sakit atau semoga terhindar dari marabahaya. Demikian pula halnya dengan memimta pertolongan kepada bangsa jin. Khususnya di Indonesia, masyarakat yang pada awal kedatangan Islam hidup dengan kepercayaan animisme dan dinamisme, tentu saja iktikad syirik ini melahirkan banyak sekali kepercayaan gaib menyangkut hal-hal gaib. Landasan tahayyul yang dihiasi dengan cerita-cerita khurafat, dan selanjutnya menumbuhkembangkan perbid’ahan-perbid’ahan dalam segala aspek kehidupan. Maka berhala-berhala, dukun-dukun, jimat-jimat, jampi-jampi, mantera-mantera merupakan kepingan kehidupan masyarakat yang tak terpisahkan. 


Sekarang, pada dikala tekanan krisis multi demensi tak kunjung melemah, hal ini semakin meningkatkan intensitas permasalahan hidup, dan tak urung masalah-masalah pun semakin kompleks. Kesibukan, persaingan bisnis, pekerjaan, jabatan, hingga kehilangan mata pencaharian, dan makin bertambahnya pengangguran. Belum lagi tayangan-tayangan yang dikaitkan dengan makhluk-makhluk gaib, kemudian bermunculannya senetron-sinetron yang bermaterikan tangisan, pertengkaran, kemewahan dan kemaksiatan, serta kriminal. Yang tak mau kalah bersaing dengan sinetron-sinetron atas nama Islam dengan bahan kemusyrikan, khurafat, tahayyul, dan bid’ahnya, semakin menumbuhsuburkan  kebingungan masyarakat terhadap kebenaran. Yang jelas, itu semua menambah beban dan tekanan-tekanan hidup. Apalagi dengan terjadinya banyak sekali musibah dan munculnya jenis-jenis penyakit, basil dan virus.


Keadaan di atas, sungguh merupakan lahan yang teramat subur untuk kembalinya insan ke alam kejahiliyyahan secara akidah, ibadah dan muamalah. Dalam pada itu muncullah orang-orang akil dengan legalisasi banyak tahu hal gaib, hal yang telah dan akan terjadi. Bahkan untuk membebaskan masyarakat dari segala problem termasuk peniadaan dosa.  Yang lebih membingungkan umat, justru lantaran yang muncul itu banyak menamakan dirinya ustaz, kiai, atau gelar lainnya. Sehubungan dengan itu kita kaji kembali hakikat rukyah syar’iyyah, sehingga apa yang kita lakukan dalam upaya kesembuhan dan lain sebagainya senantiasa berada dalam jalur yang diridai Yang Mahakuasa swt.


Ruqyah yang Dilarang serta Tamimah.

Ruqyah yang tidak boleh yakni ruqyah yang padanya ada syirik.

Telah terbiasa dikalangan jahiliyyah untuk meruqyah dalam menangkal atau mengobati sesutu penyakit, mereka mengantungkan impian kepada jampi-jampi itu sendiri, kepada berhala, jin dan syetan, mereka berkeyakinan bahwa jin mempunyai kekuatan untuk menangkal penyakit, bahaya, dan hal-hal lain yang ingin dihindari atau disembuhkan.

Terkadang orang-orang jahiliyyah berlindung kepada sesuatu yang bekerjsama tidak ada, tetapi dengan tahayul mereka seolah sesuatu itu merupakan makhluk gaib yang ada dan sanggup memperlihatkan perlindungan. Seiring dengan munculnya khurafat-khurafat atau cerita-cerita gaib dari orang yang tidak bertanggng jawab, yang pada waktunya menyebar di kalangan masyarakat. Jelas ruqyah menyerupai ini penuh dengan syirik dan dalam prakteknya senantiasa diikuti adanya tamimah.  Keyakinan dan cara ini  terang merupakan pilihan kaum atau masyarakat jahiliyah. Oleh lantaran itu Rasulullah saw. melarangnya, ia bersabda :

إِنَّ الرُّقَى وَالتَّمَائِمَ وَالتِّوَالَةَ شِرْكٌ

Sesungguhnya jampi-jampi, jimat-jimat, dan guna-guna yakni syirik H.r, Abu Daud, Sunan Abu Daud, juz 3, hal. 224, No. 2883 dan Ibnu majah, Sunan Ibnu Majah, IV:128, No. 3530

Bahkan ia mengancam orang yang melakukannya dengan sabdanya:

مَنِ اكْتَوَى أَوِ اسْتَرْقَى فَقَدْ بَرِئَ مِنَ التَوَكُّلِ رواه الترمذي

Barang siapa mencos (menandai  badannya dengan besi panas) atau meruqyah, maka ia telah melepas diri dari tawakal. H.r. At-Tirmizi, Sunan at-Tirmidzi, IV:344, No. 2055

Diceritakan bahwa Ibnu Masud mendapat istrinya berkalungkan sesuatu yang telah diberi jampi-jampi oleh seorang nenek-nenek Yahudi. Sebagaimana yang dialami olehnya, rasa sakit pada matanya hilang. Yang dilakukan oleh istri Ibnu mas'ud ini selain ruqyah juga tamimah. Ibnu Masud menyampaikan bahwa yang demikian itu perbuatan dan dorongan setan.

Masih terjadi seorang pedagang yang ingin beruntung, menyimpan sesuatu di kawasan penjualannya sebagai jimat. Petani yang ingin tanamannya subur dan tidak diganggu oleh hama, ia menanam jimat disudut-sudut pematang sawahnya. Orang-orang yang dianggap intelek menanamkan kepala kerbau kemudian memecahkan kendi yang telah diberi air dan bunga-bungan yang telah dijampi oleh orang akil semoga bangunan yang diresmikan itu besar lengan berkuasa dan tidak gampang roboh. Menggantungkan ayat-ayat di pintu-pintu atau tempat-tempat khusus lainnya semoga pengisi rumah tidak digoda syetan atau diganggu jin. dan lain sebagainya yang menyerupai itu. Maka jelaslah perbuatan itu justru mengundang setan dan meminta bantuannya.

Maka bagi seorang yang beriman kepada Yang Mahakuasa dan hari akhir, tentulah mendahulukan kesehatan dan keselamatan aqidah. Masalah apapun yang dihadapi tentu tidak akan mengorbankan aqidah demi kesehatan jasmaninya atau laba duniawi lainnya.

Jenis Penyakit Yang Diruqya


Di dalam beberapa riwayat dikatakan bahwa Ruqyah hanya sanggup dilakukan pada jenis-jenis penyakit tertentu saja.

عَنْ أَنَسٍ قَالَ : رَخَّصَ رُسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الرُّقْـيَـةِ مِنَ العَيْنِ وَالـحُمَةِ وَالنَّمْلَةِ رواه أحمد و مسلم والترمذي 

Dari Anas, ia mengatakan,”Rasulullah saw memperlihatkan rukhshah perihal ruqyah pada penyakit ain (tilik mata), alhumah (disebabkan binatang berbisa, dan annamlah (cacar). H.R. Ahmad, Musnad al-Imam Ahmad, 19, hal 212 No 12173, Muslim, Shahih Muslim II:357, No. 2196 dan At-Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, IV:344, No. 2056

Keterangan :

Penyakit Al’ain adalah penyakit yang ditimbulkan oleh pandangan insan yang jahat. Alhuma adalah penyakit yang ditimbulkan oleh racun atau sanggup binatang. Sedangkan An-Namlah yakni cacar.

Demikian pula ketika Aisyah Umul mu’minin ditanya mengenai ruqyah ia menjawab:

 رَخَّصَ رُسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ِلأأَهْلِ بَيْتٍ مِنَ الأَنْصَارِ فِي الرُّقْـيَـةِ مِنْ كُلِّ ذِي حُمَةِ – رواه مسلم  

Rasulullah saw. memperlihatkan rukhshah untuk hebat bait dari kaum Anshar perihal ruqyah lantaran setiap sengatan atau patukan binatang berbisa” - H.R.Muslim, Shahih Muslim, II:356, No. 2193

Sedangkan di dalam riwayat lain oleh An Nasai masih dari Aisyah, ia hanya membuktikan satu macam penyakit saja:

أَمَرَنِي رَسُولُ اللهِ أَنْ أَسْتَرْقِيَ فِي العَيْنِ رواه النسائي

Rasulullah saw memerintah saya untuk meruqyah disebabkan penyakit ‘ain, H.r. An-Nasai, Sunan an-Nasai, IV:365, No. 7536

Hadi-hadis rukhshah perihal ruqyah untuk penyakit-penyakit yang tersebut di atas juga diriwayatkan oleh mukharrij-mukharij lainnya. Jika diperhatikan secara selintas, kata-kata Rusulullah saw memperlihatkan rukhshah pada jenis-jenis penyakit yang tersebut di atas seperti membatasinya dengan itu, sehingga ada yang beranggapan tidak boleh dilakukan ruqyah apabila disebabkan penyakit lainnya, apalagi kalau diperhatikan keterangan-keterengan di bawah ini.

عَنْ بُرَيْدَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ لاَ رُقْيَةَ إِلاَّ مِنْ عَيْنٍ أَوْ حُمَةٍ الترمذي 

Dari Buraidah, ia mengatakan,”Telah bersabda Rasulullah saw,’Tidak ada ruqyah kecuali disebabkan ain atau humah” H.R At Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, IV:245 No. 2057

Sedangkan Albukhari meriwayatkannya secara mauquf (keterangan dari Imran bin Hushain sendiri)

Oleh lantaran itu perlu diterangkan secara lebih terperinci dan ditemukan jalan keluar dari hadis-hadis yang tampak bertentangan ini.

Secara selintas hadis-hadis ini bertentangan. Di satu sisi Rasulullah membatasi hanya dua yaitu A’in dan huma, di sisi lain ia memberi dispensasi pada tiga yaitu ‘ain, huma dan namlah, apalagi riwayat-riwayat lain membuktikan bahwa Rasulullah saw meruqyah dan memerintahkan ruqyah pada penyakit yang disebabkan oleh selain yang tersebut di atas. Seperti meruqyah orang yang aneh yang dilakukan oleh pamannya Kharijah bin Ash-Shalt, ia telah meruqyahnya dengan Al Fatihah, kemudian ruqyah untuk sakit kepala dan penyakit-penyakit lainnya.

Oleh lantaran itu mesti didapatkan thariqatul jam’i antara hadis-hadis yang bertentangan tersebut. Sehubungan dengan itu Imam an-Nawawi mengatakan, ”kata-kata rokkhasho dan laa ruqyata bukan mengkhususan kebolehan pada tiga penyakit ini saja, tetapi maknanya yakni (Nabi ditanya perihal ketiga kasus ini, maka ia mengijinkannya, dan kalau ia ditanya perihal meruqyah disebabkan penyakit lainnya tentulah akan mengijinkannya pula, buktinya ia telah mengijinkan untuk yang lainnya dan ia sendiri melaksanakan ruqyah pada selain dari tiga ini” Syarah Muslim an Nawawi, XIV : 148

Ibnu Qoyim Al-Jauziyah mengatakan: ”Jika dikatakan apa jawabnya perihal hadis yang diriwayatkan Abu Daud - Tidak ada ruqyah kecuali disebabkan ‘ain dan humah- maka jawabnya yakni ‘nukan dimaksudkan meniadakan bolehnya ruqyah pada yang lainnya, tetapi maksudnya tidak ada ruqyah yang lebih utama dan bermanfaat dari pada disebabkan ‘ain dan humah” Zadul Ma’ad,IV: 175

Demikian pula komentar-komentar imam-mam yang lain. Seperti Muhamad Syamsul Haq pada ‘Aunul ma’bud, X:369.

Dengan demikian Tidak ada batasan perihal bolehnya meruqyah pada penyakit-penyakit selama maksudnya al ‘audzah (memohon) proteksi kepada Yang Mahakuasa alias berdoa.

Kesimpulan :

Ruqyah dalam arti doa atau permohonan dan melindungkan diri dengan kalimat yang mansus atau susunan sendiri hukumnya boleh

Ruqyah dalam arti jimat dan jampi-jampi dengan memakai ayat Quran atau lainnya yakni syirik. 

Demikian pembahasan mengenai Ayat dan doa ruqyah yang sanggup admin sampaikan pada kesempatan kali ini, Semoga Bermanfaat dan mohon maaf bila ada kata atau penulisan yang salah, Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat.

آمين يارب العالمين

Tidak ada komentar:

Posting Komentar