MENERANGKAN JAWABAN-JAWABAN ANGGOTA BADAN
Telah diriwayatkan, apabila Allah Swt. hendak mencabut ruh seorang hamba, maka datanglah Malaikat Izrail kepada seorang hamba yang mukmin dari bagian mulut tersebut untuk mencabut ruhnya. Maka keluarlah ucapan dari mulut tersebut, “Wahai Malaikat Izrail, bukan jalanmu untuk mencabut ruh dari arah ini, karena mulut ini telah lama aku gunakan untuk mengingat asma Allah.” Lalu kembalilah Malaikat Izrail kepada Allah Ta’ala dan mengadukan hal tersebut. Lalu Allah Swt. berfirman : “Cabutlah dari arah yang lain.” Datanglah Malaikat Izrail dari arah tangan, maka keluarlah shadaqah dan berkatalah shadaqah tersebut : “Bukan jalanmu, wahai Izrail untuk mencabut ruh dari arah ini, karena sesungguhnya dia telah sering aku gunakan bersedekah, mengusap kepala (mengasihi) anak yatim, menulis ilmu-ilmu agama dan memerangi orang-orang kafir.”
Lalu datanglah Malaikat Izrail ke bagian kaki hamba tersebut. Dan berkatalah kaki. “Bukan jalanmu dari arah ini karena sesungguhnya dia telah aku gunakan berjalan shalat jama’ah, shalat Jumat, shalat-shalat hari raya dan tempat-tempat pengkajian ilmu.” Lalu datanglah Malaikat izrail ke bagian telinga, dan berkatalah kedua telinga itu : “Bukan jalanmu dari arah ini, karena sesungguhnya dia telah aku gunakan untuk mendengarkan bacaan Al-Quran, adzan dan dzikir.”
Lalu datanglah Malaikat Izrail dari arah mata. Dan berktalah kedua mata tersebut “Bukan jalanmu dari arah ini, karena sesungguhnya di telah aku gunakan untuk membaca mushaf Al-Quran, melihat para ulama, kedua orang tua saya dan orang-orang yang shaleh.” Maka kembalilah Malaikat Izrail kepada Allah Ta’ala seraya berkata : “Wahai Tuhanku, sesungguhnya hamba-MU berkata ini dan itu.” Allah Swt. berfirman : “Hai Malaikat Izrail gantungkan nama-KU hingga dia melihatnya agar ruh tersebut keluar.”
Maka Malaikat Izrail menulis asma Allah tersebut di atas telapak tangannya dan diperlihatkan kepada ruh hamba tersebut, maka keluarlah ruh tersebut lantaran melihat asma Allah Ta’ala. Dan hilanglah rasa sakit dan kepedihan sakaratul maut (nazak) hamba tersebut. Tidakkah hilang siksa yang berat (pedih) dari seorang hamba apabila tertanam di dada mereka asma Allah Ta’ala.
Firman Allah Swt. :
اَفَمَنْ شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلْاِسْلَامِ فَهُوَعَلَى نُوْرٍ مِنْ رَبِّهِ.
“Maka barangsiapa yang hatinya telah diterangi Allah kepada agama Islam, maka dia telah berjalan di atas hidayah dari Allah.” (QS. Az-Zumar : 22)
Maka bagaimana tidak akan hilang siksa dan kesulitan dari mereka?
Telah diriwayatkan dari satu hadits, bahwa lima perkara adalah merupakan racun yang mematikan, sedangkan ilmu yang lain sebagai penangkalnya :
1. Dunia adalah racun yang mematikan, sedangkan zuhud adalah penangkalnya.
2. Harta adalah racun yang mematikan, sedangkan zakat adalah penangkalnya.
3. Berbicara adalah racun yang mematikan, sedangkan mengingat Allah Swt. (dzikrullah) penangkalnya.
4. Umur serta keseluruhannya adalah racun yang mematikan, sedang taat kepada Allah Swt. adalah penangkalnya.
5. Tahun dan keseluruhannya adalah racun yang mematikan,s edang bulan Ramadhan adalah penangkalnya.
Diriwayatkan dalam satu hadits, apabila telah sampai sakaratul maut seorang hamba, maka memanggil-manggil dari arah Allah Swt. yang Rahman : “Wahai ruh berhantilah sebentar saja, hingga dia merasakan istirahat. Ketika ruh samoai di dada, maka Allah Swt. berfirman : “Berhentilah sebentar saja, hingga dia merasakan istirahat.” Demikian juga sebagai ruh tersebut sampai kedua lutut, pusar, dan sampai pada kerongkongan, maka Allah Swt. berfirman, “Berhentilah sebentar saja.” Hingga memohon pamitlah antara anggota badan yang satu dengan yang lainnya, maka mohon pamitlah mata yang satu dengan yang lainnya, seraya berkata dalam perpisahan tersebut :
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ اِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
Demikian juga kedua telinga, kedua tangan, kedua kaki dan berpamitlah pada ruh dengan jasad. Maka kita mohon perlindungan kepada Allah Swt. dan perpisahannya iman dan lisan dan berpisahnya ma’rifat dengan iman di dalam hati.
Waktu itu tinggAllah tangan tanpa gerak, kedua kaki tanpa gerak, kedua mata tanpa penglihatan, kedua telinga tanpa pendengaran, dan badan tanpa ruh. Andaikata lisan tersebut tidak beriman dan hati tidak ma’rifat lalu bagaimana keadaan hamba tersvut? Di liang jahat yang tiada melihat seorangpun. Tidak seorang ibu, tidak seorang ayat, tidak seorang anak, tidak seorang saudara, tidak seorang teman, tidak satu kasurpun dan tidak pula selembar selimut, kalau toh hamba tersebut tidak melihat Allah Yang Maha Mulia sungguhlah ia dalam kerugian yang besar.
Telah berkata Al Imam Abu hanifah : “Kebanyak runtuhnya iman seorang hamba adalah waktu sakaratul maut.” Mudah-mudahan Allah Swt. memlihara kita dan kamu semua dari runtuhnya iman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar